Kisah Dakwah

Nasihat KH Ma’ruf Amin kepada Syuro Alami Tabligh Indonesia


Kanigoro.com –  Syuro Alami Tabligh Indonesia awal Januari 2018 berkunjung ke kediaman Ketua MUI KH Ma’ruf Amin. Kunjungan silaturahim empat tokoh Tabligh Indonesia yang dipimpin oleh KH Muslihudin Jafar untuk meminta nasihat dan arahan dari Kyai Ma’ruf menjelang Ijtima Tabligh Indonesia.

Tradisi silaturahim kepada ulama merupakan tradisi Tabligh Indonesia sesuai nasihat Tokoh Tabligh, Maulana Ilyas Rah Alaih . Salah satu pesan penting Maulana Ilyas Rah Alaih, kepada para penerusnya agar gerakan dakwah harus dijalankan di bawah bimbingan dan pengawasan ulama. Oleh karena itu di manapun gerakan dakwah Tabligh harus berkonsultasi dan mendapat bimbingan ulama.

Untuk Indonesia, Tabligh menjadikan Majelis Ulama Indonesi (MUI) menjadi tempat untuk berkonsultasi dan mendapat bimbingan untuk menghindari penyimpangan dalam dakwah dan penyimpangan dalam ajaran Islam.

Kepada Tabligh Indonesia, Kyai Ma’ruf Amin menyampaikan nasihat dan bimbingan agar perjuangan dakwah mengutamakan kolektifitas dan jamaah dan senantiasa berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ada empat hal disampaikan Kyai Ma’ruf kepada Tabligh Indonesia:
Pertama, Perjuangan dakwah ini jangan jalan sendiri sendiri, tetapi senantiasa harus berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kedua, Negara Indonesia didirikan atas dasar kesepakatan dan Indonesia bukan negara Islam dan bukan pula negara sekuler. Kegiatan dakwah umat Islam Indonesia tidak ada amir seperti zaman sejarah peradaban Islam. Oleh karena itu dakwah dikoordinasikan oleh amir kelembagaan. Maka MUI melakukan pendekatan perwakilan kelembagaan yang berhimpun di dalamnya perwakilan dari berbagai lembaga keagamaan. “Kita tidak memiliki amir tapi kita memiliki pemimpin lembaga yang memimpin dakwah dengan dasar musyawarah”.

Ketiga, Kyai Ma’ruf mengharap kepada Syuro Alami Tabligh Indonesia agar menjaga ukhuwah Islamiyah dan menghindari konflik dan perpecahan.

Keempat, Lembaga Musyawarah harus betul-betul berfungi menjadi lembaga yang dapat memberikan arahan dalam berbagai kegiatan dakwah

Ijtima Tabligh Indonesia
Tanggal 16- 17 Februari 2018, Tabligh Indonesia menggelar Ijtima Tabligh Indonesia di Islamic Center Jakarta, yang dihadiri sekitar 10 ribu perwakilan dan aktivis Tabligh dari Jawa, Banten, DKI dan utusan dari beberapa negara asing termasuk perwakilan dari Madinah dan Mekkah.

Ijtima Tabligh Indonesia juga dihadiri perwakilan MUI dan mengukuhkan nasihat Kyai Ma’ruf dengan melakukan Ijtima Tabligh Indonesia di beberapa derah seperti Pulau Kalimantan bertempat di Kalimantan Selatan dibuka oleh MUI Kalimantan Selatan, Ijtima di Papua meliputi Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat bertempat di Papua Barat dan dibuka MUI Papua Barat. Ijtima untuk kawasan NTT, Bali dan NTB bertempat di NTB yang dibuka oleh MUI NTB dan Ijtima untuk wilayah Sulawesi yang diselenggarakan di Makassar dan dibuka Ketua MUI Sulawesi Selatan.

Tabligh Indonesia merupakan gerakan dakwah yang memiliki karakteristik sebagai satu gerakan dakwah yang lembut, memiliki kesabaran dan begitu tinggi ikromul muslimin (melayani dan pengabdian sesama muslim) serta mengutamakan kasih sayang sesama umat.

Tabligh Indonesia juga menjadi salah satu gerakan dakwah yang mandiri dimana semua aktivitas dan kegiatan dakwah diselenggarakan secara mandiri dan tidak membebankan dana kepada masyarakat tapi menjadi beban dari individu yang hadir dan menjadi penggerak dakwah.

Disamping silaturahim umat Islam, Ijtima Tabligh juga dilanjutkan dengan mengirimkan rombongan-rombongan dakwah ke dalam dan ke luar negeri dengan biaya masing-masing Kegiatan dakwah ini berlangsung selama 40 hari dan 4 bulan dengan target untuk memperbaiki diri sekaligus mengajak umat Islaam untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah Swt.

Ribuan Umat Islam mengikuti Ijtima Tabligh Indonesia di Islamic Center Jakarta, 16-17 Februari 2018/ ist

Pembukaan Ijtima Tabligh
Mewakili Ketua MUI Pusat, KH Zulfa Mustafa, MUI menyambut gembira penyelenggaraan
Ijtima-ijtima di Indonesia di tujuh kawasan. Apalagi ijtima tersebut juga mengeluarkan keputusan untuk mengirimkan rombongan dakwah di dalam maupun luar negeri.

Menurut KH Zulfa Mustafa, hasil nyata dengan usaha dan gerakan Dakwah Tabligh yakni meningkatnya kesadaran Umat Islam untuk mengamalkan Islam dalam kehidupan sehari-hari dan masjid-masjid yang kosong menjadi makmur kembali.

“Jika dakwah ini hanya dibebankan kepada ulama dan para kyai maka tidak akan cukup, maka sudah benar Dakwah Tabligh ini adalah tanggungjawab setiap Muslim. Dakwah Tabligh adalah fardu kifayah bagi umat Islam”, kata Kyai Zulfa.

Kyai Zulfa juga mengajak para dai agar selalu belajar ilmu agama dan ilmu pengetahuan sebagai bekal berdakwah di masyarakat. Kyai Zulfa Mustafa juga membuka secara resmi kegiatan Ijtima Tabligh, mewakili Ketua MUI.

Tausyiah Kyai Muslihudin
Sementara itu Kyai Muhammad Muslihudin mewakili Syuro Indonesia menyatakan, Ijtima adalah pertemuan Umat Islam dan atas nama Islam sebagai bagian dari Umat Islam. Ijmita bertujuan untuk menyeru, mengimbau kepada umat manusia untuk saling menghargai, menghormati, dan menyayangi sesama manusia. Sebagamana firman-Nya:

يا ايها الناس انا خلقناكم من ذكر والانثى وجعلناكم شعوبا وقباءل لتعارفوا ان اكرمكم عند الله اتقاكم.

Perbedaan gender, suku bangsa, agama dan pemahaman sesama umat beragama, supaya jangan menjadi perselisihan dan permusuhan. Tapi hendaknya saling menghormati, menyayangi, dan hidup berdampingan secara damai.

لكم دينكم ولي دين

Khusus kepada umat Islam, Kyai Muslihudin mengajak untuk meningkatkan amalan ibadah dan da’wah. Karena dengan ibadah akan mencapai kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita bangsa Indonesia. Seperti dalam firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَاتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ

Kyai Muslihudin mengingatkan dengan meluangkan waktu untuk berdakwah, maka akan turun hidayah. Keutamaan dakwah lainnya, semenjak pagi hingga petang untuk berdakwah di jalan Allah itu lebih baik daripada untuk mengejar dunia dan segala isinya. Karena amalan dan pengorbanan harta sewaktu berdakwah, akan digandakan pahala sampai dengan 700.000 x lipat dan berbagai keutamaan lainnya.

Kyai Muslihudin menambahkan dalam dakwah untuk mencegah penyimpangan maka kita harus selalu meminta bimbingan dan arahan para Ulama. **

Disadur dari lamam https://www.kanigoro.com/duniaislam/nasihat-kh-maruf-amin-kepada-syuro-alami-tabligh-indonesia/

Categories: Kisah Dakwah, Laporan Dakwah | Tag: , , , | Tinggalkan komentar

Al Ikhtilaf versi Bahasa Arab


Makalh Al Ikftilaf versi Bahasa Arab

Baca lebih lanjut

Categories: Kisah Dakwah | Tag: | Tinggalkan komentar

Islamnya Thufail Bin Amru Ad Dausy


“Ya Allah, berikanlah sebuah bukti kepadanya atas kebaikan yang dia niatkan.”
(Dari doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuknya)

Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi adalah kepala kabilah Daus di masa jahiliyah, salah seorang pemuka orang-orang Arab yang berkedudukan tinggi, satu dari para pemilik muru’ah yang diperhitungkan orang banyak.

Panci miliknya tidak pernah turun dari api karena senantiasa dipakai untuk memasak dalam rangka menjamu tamu dan pintu rumahnya tidak pernah tertutup dari tamu yang mengetuk untuk bermalam.

Dia adalah potret manusia yang memberi makan orang yang lapar, memberi rasa aman bagi orang yang takut, dan memberi perlindungan kepada orang yang memerlukan perlindungan.

Di samping itu, dia adalah seorang sastrawan cerdik lagi ulung, seorang penyair dengan ilham besar dan perasaan lembut, mengenal dengan baik kata-kata yang manis dan pahit, dimana kalimat berperan padanya layaknya sihir.

Ath-Thufail meninggalkan kampung halamannya di Tihamah[1] menuju Mekah pada saat terjadi pertentangan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  dengan orang kafir Quraisy, di saat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha menyampaikan dakwah Islam kepada penduduknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru mereka kepada Allah, senjata beliau adalah iman dan kebenaran. Sementara orang-orang kafir Quraisy memerangi dakwah beliau dengan segala macam senjata, menghalang-halangi manusia darinya dengan berbagai macam cara.

At-Thufail melihat dirinya masuk ke dalam pertentangan ini tanpa persiapan, menerjuni lahannya tanpa dia kehendaki sebelumnya.

Dia tidak datang ke Mekah untuk tujuan tersebut, perkara Muhammad dan orang-orang Quraisy tidak pernah terbesit dalam pikirannya sebelum ini.

Dari sini ath-Thufail bin Amru ad-Dausi mempunyai kisah dengan pertentangan ini yang tidak terlupakan. Kita simak kisah tersebut, karena ia termasuk kisah yang sangat menarik.

Ath-Thufail berkisah,

Aku datang ke Mekah, begitu para pembesar Quraisy melihatku, mereka langsung menghampiriku, menyambutku dengan sangat baik dan menyiapkan tempat singgah yang terbagus bagiku.

Kemudian para pemuka dan pembesar Quraisy mendatangiku sembari berkata, “Wahai Thufail, sesungguhnya kamu telah datang ke negeri kami, dan laki-laki yang menyatakan dirinya sebagai nabi itu telah merusak urusan kami dan memecah-belah persatuan kami serta mencerai-beraikan persaudaraan kami. Kami hanya khawatir apa yang menimpa kami ini akan menimpamu sehingga mengancam kepemimpinanmu atas kaummu. Oleh karena itu, jangan berbicara dengan laki-laki itu, jangan mendengar apa pun darinya, karena dia mempunyai kata-kata seperti sihir, memisahkan seorang anak dari bapaknya, seorang saudara dari saudaranya, seorang istri dari suaminya.”

Baca lebih lanjut

Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Menyingkap Kabut


MENYINGKAP

KABUT

 

JAMAAH DAKWAH DAN TABLIGH DALAM LINTASAN SEJARAH

 

Penyusun :

Abdurrahman Ahmad Assirbuny

 

DAFTAR ISI :

  1. Muqaddimah
  2. Maklumat
  3. Bab : Kronologis Ikhtilaf di Nizhamuddin
  4. Bab : Kronologis Ikhtilaf di Indonesia
  5. Bab : Syubhat dalam Masalah Ikhtilaf
    •  Membuka Aib
    • Pribadi Maulana Saad
    • Darul Ulum Deoband D.  Rujuk Maulana Saad E.   Keamiran
    • Pemimpin dari Quraisy G.  Arahan Jangan Dengar H.  Muntakhab Ahadits
    • Bani Tamim
    • Sanad Dakwah
    • Da’i Akan Dijaga Sampai Tujuh Keturunan
    • Bay’at
    • Mengapa Pada Masa Maulana Zubairul Hasan Tidak Muncul
    •  Dakwah Ta’lim Istiqbal
    • Karomah Nizhamuddin
    • Maulana Yasin Mewati
    • Siapakah Masyaikh yang Masih Tinggal di Nizhamuddin
    • Siapakah Masyaikh yang Keluar dari Nizhamuddin
    • Mufaraqah
    • Musyawarah
    • 6. Kesimpulan dan Jalan Keluar

Baca lebih lanjut

Categories: Kisah Dakwah, Laporan Dakwah, Muzakarah Dakwah | Tag: , , , | 4 Komentar

Pertemuan_Pertemuan Profesi.


Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Terjemahan Surat Maulana Yaqoob Sb. (DB)


Kepada sekalian saudara-saudara pekerja Agama,
Di Nizamuddin saya telah menggunakan masa lebih dari 15 tahun bersama Maulana
Yusuf (Rah.) dan setelah itu hampir 30 tahun bersama Maulana Inamul Hasan
(Rah.). Selama masa yang panjang 50 tahun tersebut, Allah telah merahmati saya
dengan pertemanan yang penuh barokah dengan kedua ‘orang tua’ itu, dan saya
telah berkesempatan, berulang kali, baik dalam khuruj maupun di Nizamuddin,
menikmati masa bersama beliau-beliau. Allah swt. telah memberi kesempatan
kepada saya mengambil bagian dalam usaha agama yang mulia ini di bawah
bimbingan dan pengawasan kedua ‘orang tua’ itu. Berdasarkan keikutsertaan saya
yang terus-menerus ini, saya dapat menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa
usaha ini sekarang telah diselewengkan dari jalur dimana usaha ini telah dibangun
oleh para ‘orang tua’ pendahulu itu.
Meskipun, kedua ‘orang tua’ itu secara bulat suara diakui sebagai Amir di masa
mereka masing-masing, namun mereka sendiri tidak pernah menuntut keamiran
tersebut, dan tidak pernah berbicara dengan nada ‘penguasa’. Mereka tidak pernah
memaksakan pandangan atau pendapat pribadi mereka. Mereka selalu mentaati
musyawarah. Hari ini, keadaan sudah benar-benar terbalik. Terdapat pemaksaan
keamiran yang diproklamirkan diri sendiri, dan barangsiapa yang tidak menerimanya,
akan dipaksa menerimanya dengan berbagai macam cara. Akibatnya, timbul
kekacauan yang sedemikian rupa di dalam Nizamuddin sehingga berujung
pertengkaran, caci maki, bahkan sampai penganiayaan yang brutal.
Nizamuddin, yang dahulunya pusat untuk fikir Ummat, pusat islah diri dan persiapan
akhirat, dimana setiap orang dapat menggapai sifat-sifat tersebut, suasana tempat
mulia ini telah berubah menjadi suasana menggunjing, kecurigaan, dan fitnah.
Perencanaan terus-menerus dibuat untuk menjatuhkan dan menjelekkan siapa pun
yang berupaya menjalankan usaha ini cara yang benar (Manhaj). Suatu gagasan
sedang dipropagandakan kepada ummat bahwa keselamatan (dunia & akhirat)
hanya dengan tunduk kepada Ameer (yang memproklamirkan dirinya sendiri) (tidak
mengapa selepas itu amal anda seperti apa). Jika anda tidak mau tunduk patuh, atau
memiliki pendapat yang berbeda, kamu tidak akan selamat dunia/akhirat.
Suasana memperbaiki diri, persiapan untuk akhirat, dan pencapaian Fikr/risau
Ummat telah menghilang dari Nizamuddin. Sebagai gantinya, suasana diktator,
penguasa tunggal, dan keinginan manfaat duniawi telah diwujudkan.
Atas maksud baru ini sistim bai’at massal sudah ditetapkan. Padahal, Syura yang
dibentuk selama hayatnya Hadratji Maulana In’amul Hassan (Rah.) secara bulat suara
telah memutuskan dan menghentikan ba’at ini, bukti tertulis tersedia dengan
tandatangan seluruh Syura itu yang dibentuk semasa hayat Hadratji (Rah.).
Inovasi-inovasi yang tidak ada selama masa kedua ‘orang tua’ dahulu, yang saat
sedang disebarluaskan tanpa musyawarah adalah:
Pertama: ‘Da’wah-Taklim-istiqbal’, ini adalah istilah baru yang diada-adakan, yang
tidak ada di zaman ‘orang tua’ da’wah kita sebelumnya. Sekalipun sekarang
namanya dirubah menjadi ‘Tamer-e-masjid’ namun konsepnya sama, dan akibatnya
kepentingan usaha harian dari pintu ke pintu dan jaulah umumi sudah menipis.
Kedua: Membatasi usaha atas ‘khawas’ dan berbagai ‘taqbat’ (kelompok khusus)
dari Ummat ini, yang merupakan amalan yang lazim pada masa ‘orang tua’ kita. Para
Khawas dan orang dari berbagai kelompok khusus itu, biasanya, lambat laun akan
bergabung dalam amal maqomi di Masjid mereka masing-masing. Dalam upaya
membatasi kerja atas kelompok khusus dan mengarahkan kerja kepada ide ‘tamere-
masjid, telah disimpulkan penafsiran yang keliru terhadap Al-Quran, Hadith dan
kehidupan para Sahabat.
Ketiga: Muntakhab Ahadith. Maulana Yusuf (Rah.) tidak pernah memberi indikasi,
langsung maupun tidak langsung, untuk taklim ijtimaiyat dengan kitab ini. Terdapat
upaya menyusup taklim ijtimaiyat dengan kitab Muntakhab Ahadith dengan sekaligus
menggantikan dan menghilangkan taklim ijtimaiyat dengan kitab Fadhilah Amal dan
Fadhilah Sedekah.
Keempat: Lima amal masturat. Para ahbab dibuat bingung secara terus-menurus
dengan ide-ide seperti ini.
Barangsiapa yang tidak menyebarluaskan hal-hal tersebut, dan dimana saja hal-hal
itu tidak di ikuti, semuanya dianggap melawan perintah Nizamuddin. Padahal, semua
hal-hal baru ini mulai oleh hanya satu orang, Molvi Muhammad Saad Sb.
Sekalian perkumpulan di Nizamuddin dikhususkan demi menyebarluaskan ide-ide
ini. Nizamuddin telah diambil alih oleh sekelompok orang baru yang tidak
mendapatkan kehormatan bertemu dan berkumpul bersama para ‘orang tua da’wah’
dan mereka ini hanya hari-hari sibuk mengacaukan kepahaman para ahbab da’wah.
Mereka berkata, “Jangan mendengar para penanggung jawab propinsi / halaqah
anda, karena orang itu tidak menyebarluaskan tertib baru yang ngetren dari
Nizamuddin. Hatta jamaah-jamaah yang dikeluarkan diberi arahan untuk
menyebarluaskan tertib baru ini.
Sebab inilah bayan hidayah di Nizamuddin dan Ijtima-Ijtima, hanya diberi tugas
kepada mereka-mereka yang akan menyampaikan ide-ide baru ini. Ini telah
berakibat pecah hati di setiap tempat dan berkembang keadaan dengan dua
kepahaman. Orang baru dalam usaha agama ini berpikir bahwa orang lama dan para
penanggungjawab di daerahnya tidak mengikuti tertib Nizamuddin. Orang lama
mengalami dilemma bagaimana caranya menjalankan tertib-tertib baru ini yang
dimusyawarahkanpun tidak, tambah pula menyimpang dari asas-asas kerja
sehingga sudah terseleweng dari pola kerja yang benar (manhaj). Dimana-mana
terjadi perpecahan, kekacauan dan kebingungan. Fikir Akhirat, kerisauan agama dan
Ummat, perbaikan diri dan aspek tarbiyah yang menjadi ruh usaha ini dihilangkan.
Kini, Molvi Saad Sb., dikelilingi sekelompok orang yang tidak pernah ber-syu’bah
dengan para ‘orang tua’ da’wah. Demi kepentingan pribadi mereka sendiri semata,
kelompok ini membenarkan dan mengiyakan setiap ide baru yang muncul dari Molvi
Saad Sb sehingga beliau terus berada dalam kesalahpahaman terhadap usaha ini,
yang tidak pernah menjadi kepahaman para ‘orang tua’ da’wah baik sekarang
maupun dahulu. Ketika Molvi Saad Sb menjelaskan ide-ide barunya ini, beliau
berkata bahwa beliau sedang menjelaskanya berdasarkan Al-Quran, Hadits dan
Sirah dan ingin menegakkan usaha ini diatas Al-Quran, Hadith dan Sirah. Apakah ini
berarti bahwa segala upaya dan usaha ‘orang tua’ kita dalam da’wah sebelumnya
bukan dari Al-Quran, Hadith dan Sirah?
Kini, bayan-bayan bermuatan menyalahkan orang, mengkritik, merendahkan, nada
penguasa, kesimpulan-kesimpulan dan penjelasan-penjelasan baru, yang
berlawanan dengan pola ‘orang tua’ da’wah kita. Setiap hari ada saja ide baru yang
dimunculkan. Para Ulama dan Mashaikh terkejut dan cemas, apa yang sedang
terjadi? Jika usaha ini mengikuti arah seperti ini terus, maka tidak lama lagi para
Ulama akan menentang usaha ini dan mereka-mereka yang memiliki kerisauan tinggi
tentang keadaan Ummat akan terasingkan dan menjauh dari usaha ini.
Pada Bulan Nopember 2015, di tengah kehadiran sekalian ahbab lama dari seluruh
dunia, Syuro yang dibentuk pada zaman Hadratji (Rah.) telah dilengkapi demi
menjaga ijtimaiyat dan manhaj usaha ini. Saya sendiri hadir disaat itu, namun saya
terheran-heran kenapa Molvi Saad Sb menolak penyempurnaan syuro ini tanpa
alasan yang jelas.
Tidak ada satupun institusi Islam, baik bersifat pendidikan atau terkait bagaimanapun
dengan komunitas muslim, atau suatu upaya berjamaah untuk kemaslahatan
Ummat Islam yang dapat berfungsi atau bisa dijalankan tanpa pengawasan,
tuntunan dan bimbingan dari majelis syuro. Merupakan situasi teramat kritis dan
berbahaya menyerahkan usaha besar kepada satu orang untuk menjalankan usaha
mulia ini menurut pemikirannya sendiri. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang
terlepas dari kekurangan yang sejak awal ada pada kita semua ditambah mudharat
godaan hawa nafsu. Barangkali sebab itulah Maulana Ilyas (Rah.) berkata “Di masa
akan datang, usaha ini akan dijalankan dibawa pengawasan Syuro” (rujukan “surat-surat
terakhir Maulana Ilyas (rah.) yang disusun oleh Maulana Abul Hasan Ali Nadwi
(Rah.)).
Saya menulis surat ini karena tanggung jawab dan takut saya kepada hisab dari Allah
swt. Semoga Allah swt, mengampuni kita dan memberi kita Taufiq untuk
mengerjakan usaha agama ini sesuai pola kerja dari ‘orang tua’ kita dan
menyelamatkan kita dari inovasi-inovasi dalam usaha ini. Amin.
Wassalam
Hamba Muhammad Yaqub, Agustus 23, 2016.

Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Sejarah Singkat Dakwah Di Indonesia


Awalnya zaman Nabi Muhammad saw pusat dakwah adalah di Makkah. Lalu Baginda ingin menjadikan Thaif sebagai pusat dakwah namun ditolak oleh penduduk kota Thaif. Lalu baginda mengirim sekitar 70 orang sahabat ke Habasyah (Ethiopia) yang dipimpin oleh Raja Kristen yang terkenal Adil dan bijaksana. Kaum muslimin yang hijrah diterima dengan baik, namun tidak ada kerjasama dalam amal dakwah, sehingga akhirnya baginda Hijrah ke Yasrib atau Madinah Munawwarah dan menjadi Markaz dakwah. Setelah itu Markaz dakwah berpindah-pindah, di Kufah, Damaskus, Baghdad, Cordova, dan Istambul Turki sampai runtuhnya Dinasti Turki Utsmany tahun 1926. Setelah itu dilakjutkan dakwah ini oleh Syaikh Maulana Muhammad Ilyas Al Kandahlawy di Masjid Banglawali Basti Nizamuddin, New Delhi India.

Rombongan pertama masuk ke Indonesia tahun 1952. Di zaman Syaikh Maulana Muhammad Yusuf Al Kandahlawy. Adapun keamiran dan markaz dakwah adalah sebagai berikut:

  1. Syaikh Muhsin bin Mahri, keturunan Arab tinggal Krukut dan Markaznya di Masjid Al Mubarok, Kampung Arab di Krukut.
  2.  Haji Zarisan Khan, Keturunan Pakistan dan markaznya di Masjid Al Huda, Jalan Industri.
  3.  H. Ahmad Zulfakar Keturunan Indonesia di Masjid Jami’ Kebon Jeruk Jalan Hayam Wuruk No 83 mulai tahun 1974 mulai jadi Markaz.
  4. Sistem Syura mulai November 1996 di Ijtimak Raiwind. Syura sebanyak 13 orang syura Indonesia. 6 orang sudah meninggal (Dr. Andi Noor Al Jufri, Pak Samsudin, Syaikh Uzairon Thaifur, H. Ahmad Zulfakar, K.H. Abdul Halim, H. Hasan Basri) mohon maaf jika salah sebut.
  5. Tahun 2017 pecah menjadi 2.
    1. Amir H. Cecep Firdaus, salah satu syura Indonesia yang mengikuti seorang Masyaikh Maulana Muhammad Saad yang mengangkat dirinya sebagai Amir dakwah sedunia yang biasa disebut Hadraji. Namun tidak diangkat dan dilantik oleh para Masyaikh. Markaznya di Masjid Jami’ Kebon Jeruk.
    2. Sistem Syura Indonesia yang tinggal 7 dikurang Pak H. Cecep Firdaus. 6 Syura Indonesia adalah Andi Aminuddin Noor, Muhammad Muslihuddin Jafar, H. Suaib Gani, K.H. Akhmad Mukhlisun, Mufti Lutfie Yusuf, dan Pak Jamil Solo. Markaznya di Masjid Al Muttaqien, Ancol.
Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , , , , , | Tinggalkan komentar

Penjelasan Syura Indonesia -Ustadz Muslihuddin di Pertemuan Solo


Di Jakarta terjadi perbedaan pendapat antar para masyaikh di Nizamuddin, jadi bukan perbedaan pendapat antara Nizamuddin dan Reiwind, tapi antara para masyaikh dengan yang mulia Maulana Saad DB. Sehingga kami dengar sebagian masyaikh meninggalkan Nizammuddin. Kumpul semua syura di Kebon Jeruk untuk membahas masalah itu. Saya usulkan, kita jangan mempercayai dulu berita-berita ini dari orang, surat-surat, dari WhatsApp. Tapi kita langsung tabayun kepada yang bersangkutan. Langsung kita jumpa satu per satu masyaikh. Apa masalahnya, tanya langsung kepada beliau. Jumpa Maulana Saad, jumpa maulana Ibrahim, jumpa maulana Yaqub, jumpa maulana Ahmad Lat, para masyaikh langsung.

Lalu disetujui, katika itu bersamaan akan ada ijtimak akan adanya di Tongi, maka kami semua berangkat ke Tongi pada Januari 2017. Kita minta waktu untuk jumpa langsung Maulana Saad. Pertanyaannya redaksinya kami musyawarahkan terlebih dahulu sebelum jumpa beliau, mutakalimnya pak Cecep, diterjemahkan bahasa Arab oleh Ustadz Lutfi, supaya kami bisa pahami semua yang disampaikan, Lalu kami jumpa beliau. Pak Cecep mengatakan atas nama Indonesia kami menyayangi, mencintai maulana Saad,  juga mencintai semua para masyaikh di Nizamuddin, di Reiwind, dan di Kakrail. Juga permohonan kami, pertama kami ingin para masyaikh untuk kembali lagi ke Nizamuddin, dan kami memohon kepada maulana Saad agar semua tertib-tertib yang akan disampaikan bermusyawarah dahulu kepada para masyaikh. Beliau menyambut dengan baik, saya juga ingin para masyaikh kembali ke Nizamuddin, tapi kata Beliau ingin para masyaikh kembali ke Nizamuddin tanpa syarat. Maulana mengatakan mereka akan kembali dengan syaratnya saya harus mengakui syura alami, itu kesimpulan ketika kami menghadap Beliau. Kemudian ada peristiwa lagi, waktu itu setelah maghrib malamnya ada musyawarah besar, musyawarah program. Semua masyaikh dari India, Banglades, dan Pakistan hadir, kecuali Bay Wahab karena ada uzur, sakit. Semau syura Indonesia juga hadir, saya, ustadz lutfi, pak Cecep, Pak Syuaib, Kiyai Mukhlisun, juga beberapa orang lama hadir disitu. Maulana Saad memberikan targhib, dan saya hafal perkataannya itu dan memang bagus sekali, “Saudara-saudara sekalian usaha dakwah ini akan maju karena ada pertolongan Allah Ghaibiyyah, dijelaskan panjang lebar. Bukan didukung oleh orang kaya, pengusaha. Nusratullah itu akan muncul karena Ijtimaiyyat, tiga unsur ijtimaiyyat yaitu kesatuan hati, kesatuan pikir, dan yang ketiga kesatuan …. Dan ijtimaiyyat ini akan muncul dengan adanya Musyawarah. Musyawarah itu akan makbul dengan adanya ketaatan. Sampai situ maulana berhenti. Satu orang berbahasa Arab berdiri, mengatakan ketaatan adalah ketaatan kepada Amir, Amir kita saat ini adalah Maulana Saad. Dan hadraji kita adalah maulana saad, setuju…? Sebagian orang mengatakan setuju, kebanyakan diam. Lalu berdiri orang berbahasa Inggris. Maksud ketaatan Beliau adalah ketaatan kepada Amir, Amir alam kita saat ini adalah maulana Saad. Setuju…? Apa yang dikatakan oleh maulana Saad, “Ana khadimukum”. Maksudnya membenarkan apa yang dikatakan oleh kedua orang itu, saya Amir kalian, ini iklan kepada seluruh dunia dan beliau mendeklarasikan kalau beliau adalah Amir. Menurut keterangan dari Maulana Husein dari Benglore putra dari Maulana Qasim Quraisyi yang kemarin datang ke Jakarta. Beliau pertama kali mengangkat diri menjadi Amir pada Ijtimak Bophal tahun 2015, itu yang membuat geger di India. Dan yang secara alam (dunia) itu dideklarasikan di Ijtimak Tongi, saya mendengarkan langsung, ustadz Lutfi dan lainnya.

Nah setelah itu kembali ke Jakarta, musyawarah lagi. Untuk jumpa kepada masyaikh yang lain. Kami hubungi maulana Faruk, lalu meminta kami datang ke Pakistan karena ada jord qudama di Pakistan. Maka sepakat semua ke Pakistan, kami minta waktu untuk bertemu, semua masyaikh kumpul. Syaikh Abdul Wahhab, Maulana Ibrahim, Maulana Yaqub, Maulana Ahmad Lat, Maulana Sanaullah, dll kumpul dalam satu ruangan. Mutakalimnya pak Cecep diterjemahkan oleh saya dalam bahasa Inggris. Waktu itu kami sampaikan seperti yang disampaikan ke Maulana saad, tapi ada tambahannya, Kenapa para Masyaikh meninggalkan Nizamuddin? Bukankah lebih baik kalau para masyaikh kembali ke Nizamuddin dan menyelesaikan masalah yang terjadi disana, jadi umat tidak terbelah-belah seperti ini. Jawabannya apa, kami sudah berusaha sejak 21 tahun yang lalu untuk bagaimana menyatu tapi tidak bisa. Bahkan kemudian dari penjelasan-penjelasan itu. Kami-kami ini adalah guru-guru dari Maulana Saad, kami telah menyarankan untuk segala sesuatu dimusyawarahkan, tapi tidak pernah didengar, tidak pernah ikut. Apalagi setelah deklarasi menjadi Amir, siapa saja di Nizamuddin yang tidak mendukung keamiran Beliau dan tidak menyetujui apa-apa yang menjadi pemikiran Beliau, diintimidasi. Ini saya dengar langsung, bukan katanya ini. Ini disampaikan Syaikh Faruq dan Dr Sanaullah, itu diulang-ulang. Kami yang tidak sepaham dengan beliau dan tidak mengakui keamiran beliau, kami dipukuli sampai berdarah-darah dan kami diancam untuk dibunuh, itu yang mengatakan Dr. Sanaullah, maka untuk menyelamatkan jiwa kami sementara kami pindah dulu, itu alasannya. Kemudian alasan yang lain adanya reaksi keras dari ulama-ulama di seluruh India sebagaimana yang dijelaskan ustadz Lutfi, tapi saya ulang lagi, yang saya dengar langsung, saya dokumennya ada, bukti-bukti ada, dari Deoband, dari Saharanpur, dari Lucknow, bahkan dari negeri-negeri lain South Africa, ada dokumennya. Dan apa-apa masalah-masalah yang mereka tentang itu, tafsiran-tafsiran Hadits Quran itu diuraikan secara mendetail bertentangan dengan pendapat jumhur ulama. Yang dulunya mufti-mufti ini, zaman Maulana Ilyas, zaman Maulana Yusuf, zaman Maulana In’amul Hasan adalah pendukung-pendukung kuat dakwah, sehingga dakwah tersebar ke seluruh India, diterima karena dukungan para ulama. Mereka belum terlibat langsung dalam amal dakwah, ulama umum, ulama madrasah. Mufti-mufti, seperti mufti Ubaidullah di New Delhi, Mulvi Ali Thanwi, dll. Pemikiran-pemikiran Beliau yang disampaikan dalam bayan-bayan sudah bertentangan dengan jumhur ulama India saat ini. Awalnya mufti-mufti ini masih menahan, namun karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan dari umat Islam, terpaksa dikeluarkan fatwa. Tapi sebelum dikeluarkan fatwa, para mufti ini datang ke Nizamuddin. Untuk tabayun kepada Maulana Saad, tapi ternyata maulana diam, tapi tidak merubah fatwa-fatwanya. Karena bertahun-tahun tidak ada perubahan maka para ulama mengeluarkan fatwa, bahwa tafsiran AlQuran dan Hadits oleh Maulana Saad telah keluar dari Ahli Sunnah wal Jamaah, ini sangat berbahaya kepada dakwah. Dengan alasan-alasan ini para masyaikh keluar dari Nizamuddin. Kalau mereka tetap di Nizamuddin nanti mereka akan dicap setuju dengan apa yang difatwakan oleh Beliau. Untuk menyelamatkan usaha dakwah kami terpaksa keluar dari Nizamuddin sampai keadaan kondusif lagi, kami akan kembali ke Nizamuddin.

Dan kami tidak membuat markaz lagi. Markaz di India satu. Lalu kami bermusyawarah bagaimana menyikapi keadaan ini setelah jumpa dengan para masyaikh. Kami bermusyawarah di salah satu ruangan yang disediakan untuk Indonesia di Reiwind. Ditanya satu persatu, sebagai usulan, lalu Beliau, Yang Mulia, Pak Cecep memutuskan berdasarkan pengamatan langsung dan pertanyaan-pertanyaan kami, untuk menyatukan kerja di Indonesia, kerja di Indonesia tidak ada berubahan, apa-apa yang diperselisihkan oleh para masyaikh, tidak dihentikan dan tidak ditarghibkan. Adapun masalah-masalah yang terjadi di Indonesia merujuk kepada Syura Alam. Ini keputusan dari pak Cecep dan kita semua setuju. Saya usulkan kesepakatan ini kita tulis dan kita tandatangani, maka ditulis. Yang disuruh nulis, saya. Maka dibaca oleh pak Cecep, atas nama syura Indonesia, Beliau tanda tangan sendiri. Kemudian setelah itu kembali ke Indonesia, beliau mengusulkan untuk mengundang Syura Alami di Musyawarah Indonesia bulan April agar mereka membimbing kita, itu usulan pak Cecep. Kami setuju, itu bagus. Maka disampaikan dan mereka setuju untuk hadir. Ringkasnya, kemudian kita adakan musyawarah Indonesia dan syura alam hadir dari India, dan Pakistan, kemudian pak Cecep hadir ke Malaysia, kami usulkan untuk tidak kesana. Namun pak Cecep tetap ke Malaysia dengan tujuan untuk menyampaikan sikap Indonesia di sana. Apa yang dibicarakan di Malaysia kita tidak tahu, tapi kesimpulannya Maulana Saad akan mengirimkan juga utusannya untuk musyawarah Indonesia. Ini jadi runyam disini. Ringkasnya kemudian hadir kedua pihak, satu dari Syura Alam, satu dari Maulana Saad. Waktu itu kami musyawarah, kami, syura Indonesia dan Syura Alam. Bagaimana cara menghandle keadaan ini, pasti akan perang dimimbar ini. Maka syura alam mengatakan, bahwa yang diundang kan kami, jadi yang menghandle kami semua. Kami atas undangan kalian. Iya juga ya. Mereka itu tamu yang tidak diundang, ya diterima dengan baik, tapi jangan ikut campur di mimbar, pasti akan bertentangan. Silakan diputus. Kami (syura alami) dapat pesan dari Bay Wahhab yang putus musyawarah bukan syura alami, yang menjadi faisalat program itu adalah syura Indonesia. Maka ditawarkan, siapa yang akan menjadi faisalat? Tidak ada yang mau. Pak Cecep tidak mau, saya tidak mau, yang lain juga tidak mau. Kata Belaiau, kalian tidak mau jadi faisalat itu bagus, tapi harus taat katanya. Maka setelah musyawarah  antara syura alami diputuskan yang menjadi faisalat musyawarah program adalah Muslihuddin. Wah jadi masalah buat saya ini. Saya bilang saya mau tanya dulu senior saya pak Cecep, saya bilang. Pak gimana pak? Gak mungkin kalau masih ada bapak saya jadi faisalat, kata pak Cecep, gak papa terima aja. Jadi karena Beliau mengatakan seperti itu, saya terima dengan berat hati. Karena saya menyadari ini saya dihimpit dua gunung ini. Itulah yang terjadi di Cikampek saya dianggap kudeta, mengambil alih faisalat Indonesia. Ya saya terima, saya diam saja. Tapi saya jelaskan, setelah itu mengkristal perbedaan, sehingga mereka mengadakan pertemuan di Medan. Itu juga kami mengatakan sebaiknya bapak jangan pergi ke Medan. Bikin masalah. Gak, saya pergi kesana untuk menjelaskan agar tidak terjadi perpecahan, tapi tetep berangkat juga, tapi yang aneh kemudian bahkan Beliau turut mengundang untuk hadir di Nizamudin tanggal 24 juni 2017. Dan terang-terang mengatakan bahwa Pak Cecep bahwa saya sekarang mendukung Maulana Saad, jadi pak Cecep sekarang sudah meninggalkan kami (Syura Indonesia yang lain) ya kan. Yang tadi sepakat merujuk syura alam sekarang, di Medan mengatakan saya sekarang mendukung Maulana Saad. Itulah, menjadi masalah berkepanjangan, lalu ada pertemuan di Semarang, yang lebih membelah lagi keadaan-keadaan itu. Saya secara pribadi tidak ada masalah dengan pak Cecep. Bahkan waktu itu, beberapa hari sebelum lebaran saya datang ke kamarnya, saya bicara dari hati ke hati, pak, di antara seluruh syura Indonesia yang lebih lama adalah Bapak dan Saya, Saya dan Bapak adalah yang paling bertanggung jawab. Kalau sampai dakwah di Indonesia terpecah belah, bagaimana nanti kita menghadap Allah. Pak Cecep termenung.. Saya setuju, tapi bagaimana? Saya katakan, pak coba kita kumpulkan seluruh syura, kita duduk dengan hati yang jernih, kita pikirkan bagaimana menyatukan Indonesia, kapan? Saya telepon seluruh syura, disepakati tanggal 1 Juli, bertepatan dengan pergantian petugas khidmat markaz daerah Bengkulu, Lampung, dan Palembang dengan Makasar, Sulawesi. Semua sepakat tanggal 1. Setelah beberapa hari kemudian saya dapat berita undangan disebar ke seluruh Indonesia, terutama temen-temen yang menunjukan dukungan ke Maulana Saad. Saya tanya, pak! Kenapa ngundang banyak-banyak? Iyalah, katanya. Saya dengar Pak Syuaib akan bawa pasukan 100 orang katanya. Darimana itu pak? Tanggal 1 itu kan pergantian petugas khidmat. Jadi kalo Pak Syuaib bawa satu, dua orang khidmat, bukan bawa pasukan untuk nyerbu Kebon Jeruk. Oh gitu. Tapi undangan kan sudah gak bisa di cancel. Itulah yang terjadi tanggal 1, oleh karena itu suasana genting kami laporkan kepada para masyaikh. Ini terjadi masalah begini ni. Tanggal 1 ada pertemua, para penanggung jawab diundang dari pihak pak Cecep ya kan. Langsung bay Wahab sendiri yang tulis surat, kalian jangan adakan pertemuan tanggal 1. Itu langsung dari beliau, mungkin beliau ada firasat yang tinggi akan terjadi masalah. Nah kesimpulannya tanggal 1 syura-syura yang lain tidak boleh hadir. Kalau saya kan hari-hari ada di Kebon Jeruk, ya saya ada disitu. Tapi saya gak ikut pertemuan. Nah, karena tidak hadir, maka syura alami mengirim 3 orang utusan menyampaikan pesan Bay Wahab. Diutus Haji Maimun, Farid Sungkar, dan Haji Burhan. Namun Haji Burhan berhalangan digantikan oleh Abu Bakar Bogor. Waktu itu berkumpallah pak Cecep dengan semua penanggung jawab daerah di satu ruangan. 3 orang tadi jam 9 menyampaikan pesan dari masyaikh, ditanya, mana syura-syura. Disampaikanlah oleh Haji Maimun sebagai mutakalim bahwasanya melihat situasi dan kondisi syaikh Abdul Wahab menyatakan untuk tidak membuat pertemuan tanggal 1, ini suratnya. Dibacakan dan diserahkan. Setelah itu karena orangnya banyak, diumumkan jam 9 pertemuan di lantai 2. Apa yang diputuskan disana, diantaranya bahwa Kebon Jeruk ini adalah khusus untuk kegiatan kita yang merujuk kepada Maulana Saad. Jadi syura alami silakan cari tempat lain. Itu ada keputusannya tertelis, ditandatangani oleh pak Cecep. Dan lain-lain ada, tapi intinya itu. Oleh karena itu, makanya temen-temen memilih sementara untuk tidak datang ke Kebon jeruk. Karena banyak masalah yang harus dihandle maka dipilih tempat di Masjid Al Muttaqin Ancol. Saya sendiri tetap bertahan di Kebon Jeruk.

Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , , , , | 13 Komentar

Nizamuddin Dahulu Kala


” … OLD NIZAMUDDIN … OLD DELHI … ” , نظام الدّین , दिल्ली

Pada abad ke 19 di kawasan sekeliling Nizamuddin yang mana terdapat Masjid Banglawali asal muasalnya adalah hutan kecil di pinggiran kota New Delhi, pada awal penjajahan Inggris / British di India, daerah ini dimiliki oleh seorang kerabat Raja Moghul yang dikenal dengan panggilan ‘Nawab’, Nawab artinya Raja untuk Raja Islam, di zaman itu, ‘Raja’ adalah panggilan bagi kerabat bangsawan raja-raja Hindu. Nawab ketika itu sering dituduh yang aneh-aneh oleh Mahkamah Kolonial Inggris/British dengan taruhan nyawa dan hartanya atas perbuatan yang tak pernah dia lakukan dan tentu saja tak pernah terbukti. Waktu itu adalah masa yang sulit bagi tokoh-tokoh atau pembesar-pembesar Islam. Orang Hindu menggunakan fitnah dan hasutan pada kerajaan Inggris/British terhadap orang Islam. Tapi Allah SWT gerakkan rencanaNya dengan penuh kebijaksanaan. Pada waktu yang bersamaan , terdapat seorang alim ulama yang warak dan zuhud, dari keturunan Sayyidina Abu Bakar ra bernama Mualana Ismail yang menetap di Saharanpur. Nama beliau cukup terkenal dan sedang masyhur sebagai alim dan wali di Jazirah India. Yang menyebabkan, banyak orang meminta hajat yang bermacam macam seolah-olah beliau adalah ahli nujum atau seorang dukun. Keadaan ini telah menganggu jiwa dan hati beliau. Maka beliau pun mengasingkan diri hidup di sebuah hutan di Delhi.

Pada suatu hari, Nawab pergi berburu bersama anak buahnya di sekitar hutan miliknya. Dalam perburuan beliau itu, beliau terkejut ketika menjumpai sebuah bangsal buruk dan seorang berjanggut dan bersurban dalam hutannya. Dengan sikap besar diri sebagai pemilik tanah, Nawab memanggil si janggut itu padanya. Dengan sikap merendah diri, si Janggut meminta maaf kerana mendiami tanah si Nawab dan lantas meminta izin untuk tinggal di situ. Akhirnya si Janggut itu pun dibolehkan mendiami tempat tersebut dengan syarat si Janggut itu bersedia menjadi ‘Gulam’ atau budak suruhan menjaga hutan itu. Syarat ini di terima . Tanpa disadari oleh Si Nawab bahwa Si Janggut itu adalah si alim Maulana Ismail .

Di waktu yang tidak lama kemudian, Nawab akan di adili di Mahkamah Pengadilan Kolonial atas dakwaan berkomplot untuk mengulingkan kerajaan Inggris/British dari tanah India. Jika terbukti bersalah , beliau akan di hukum mati dan hartanya akan dirampas.  Nawab berada dalam kerisauan dan kegelisaan.

Beliau dinasihati oleh rekan kerabat dan sanak saudaranya agar mencari seseorang yang mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah dan doa yang makbul. Mereka percaya hanya itu satu2nya cara untuk selamat dari tuduhan. Dan hanya Allah swt saja tempat mengadu permasalahannya. Maka beliau pun bertanya pada orang-orang di banyak tempat dimana bisa menemui orang yang mempunyai kelebihan dibidang agama. Kebanyakkan orang menyebut nama `Mualana Ismail` dari Saharanpur. Nawab pun mencari di Saharanpur tapi malangnya orang yang dicari telah lama menghilang. Tanpa berputus asa, Nawab berusaha keras untuk mencari Maulana Ismail. Alangkah terperanjatnya waktu ia diberitahu anak buahnya bahwa orang yang dicari-cari adalah si ‘Gulam’ di hutannya. Dengan tergesa-gesa ia menuju kehutannya, lalu menjatuhkan dirinya di bawah kaki Maulana Ismail, si Gulam itu.

” … Sekarang ini, saya adalah ‘Gulam’ dan anda adalah ‘ Tuan ‘ saya …” , kata kata yang tersembul keluar dari mulut Nawab . Lantas dibangkitkan diri Nawab itu oleh Maulana Ismail dan dengan penuh simpati mendengar keluh kesah Nawab itu. Maulana mengusulkan cara bagaimana untuk selesaikan masalah tersebut . Nawab diminta untuk berwudhuk lantas di ajaknya Nawab untuk sholat hajat bersama samanya , kemudian ia minta Nawab mengaminkan doa Mualana Ismail . Beliau mengatakan kepada Nawab supaya berupaya menggunakan sendiri kekuatan sholat dan doa . Mengharap dan meminta hanya pada Allah swt.

Nawab pun pada akhirnya diadili di Mahkamah , dan ternyata beliau tidak terbukti bersalah . setelah sidang selesai Nawab bergesa2 mencari Maulana Ismail untuk memberi khabar baik ini , ” … Maulana , Allah telah kabulkan permintaan kita. Sekarang nyawa saya telah selamat.tapi harta saya dirampas …” , Maulana Ismail kemudiannya mengusulkan supaya banding atas putusan pengadilan itu , dan Nawab melakukan seperti yang diusulkan maulana . Seperti sebelumnya Nawab sholat hajat bersama Maulana Ismail tetapi kali ini Nawab sendiri berdoa dan Maulana mengaminkan . Akhirnya keputusan Mahkamah berpihak kepada Nawab . Nyawa dan harta di kembalikan pada nya dan Kerajaan Inggris / British memberi jaminan pelindungan pada Nawab dan keluarganya , malah memberi peringatan yang sangat keras terhadap siapa saja terutama orang Hindu yang berani buat fitnah lagi akan di hukum.

Nawab berkata , “… Maulana sab, dulu nyawa dan harta saya telah hampir hilang, kini semuanya telah saya miliki kembali . Maka saya sudah buat keputusan untuk mewakafkan nyawa dan harta saya untuk Maulana …” , Maka sejak hari itu Nawab berkhimat dan berguru dengan Maulana Ismail hingga akhir hayatnya . Dan kini pusara beliau dan Maulana Ismail masih terjaga di Nizamuddin , India .
Dan dari anak Maulana Ismail telah lahir manusia yang bernama Maulana Ilyas rah , seorang hamba Allah yang di pilih oleh Allah swt untuk menghidupkan kembali kerja kerja dakwah Rasulullah dan para sahabatnya .

Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , , | Tinggalkan komentar

WALISONGO ADALAH JAMAAH YANG BERTABLIGH


WALISONGO ADALAH JAMAAH YANG BERTABLIGH

1. TERTIB DAKWAH WALISONGO

Para Wali Songo yang datang ke Tanah Jawa bukan sendiri-sendiri dan tanpa program, beliau meninggalkan keluarga dan kampung halamannya untuk mendakwahkan agama dengan harta dan diri mereka untuk ta’at perintah Allah dan Rasul-Nya. Hal ini bukan sekedar kebetulan, beliau berkumpul dengan sahabat-sahabat yang lain. Para Da’i dan Wali Allah yang masuk ke Tanah Jawa ini tidak hanya satu rombongan saja seperti anggapan kebanyakan orang. Sesungguhnya semua ada 5 periode atau 5 rombongan. Dalam 1 rombongan semuanya berjumlah 9 (sembilan) orang dan setiap satu rombongan semuanya memiliki keistimewaan atau keahlian sendiri-sendiri yang sangat munasib (kompeten) ada Ahli Tata Negara, Ahli Ilmu Dinniyah atau Agama, Ilmu Teknik, Ahli Seni, dll.

Periode yang ke 1

Amir (pimpinan) rombongan adalah Syech Maulana Malik Ibrohim makamnya di Gresik.
Ma’murnya (anggota) :

1. Syech Maulana Ibrohim As Samarqondi makamnya di Gresik Harjo Tuban

2. Syech Maulana Ishak makamnya di Aceh
3. Syech Maulana Ibrohim Jamadil Qubro makamnya di Pamijahan Jabar

4. Syech Maula Achmad Jamadil Qubro makamnya di Trowulan Mojokerto.

5. Syech Maulana Subakir pulang ke Persia.

6. Syech Maulana Sulthon Hasanuddin makamnya di Banten Lama.

7. Syech Maulana ‘Aliyuddin, adik Sulthan Hasanuddin makamnya di gunung Santri Cilegon.

8. Maaf kitabnya terkoyak karena terlalu kuno, tulisan nama kurang jelas, ada keterangan beliau pulang ke Tigriets – Irak.

 

Periode yang ke 2

Selang 9 tahun Hijriyah datang lagi satu rombongan periode yang ke 2

Amir rombongan Syech Maulana Rochmat yang di kenal dengan julukan Raden Rochmatatau Sunan Ampel karena bertempat di Desa Ampel Dento Surabaya.

Adapun anggotanya yang sebanyak 8 orang itu kebanyakan anggota yang lama disebabkan anggota yang lama sudah berkurang karena wafat, yakni Syech Maulana Ibrohim As Samarqondi yaitu ayah Sunan Ampel Syech Maulana Ibrohim Jamadil Qubro sedangkan Syech Subaqir pulang ke Persia awal tahun ke 8.

Periode yang ke 3

Amir adalah putra tunggal dari Syech Maulana Ishaq wafat di Aceh pada saat mendirikan sebuah Masjid di Banda Aceh. Adapun menurut Kitab Tarihul Auliya’, Syech Maulana Ainulyaqin adalah pengamal fiqih Al Hanafiyah yang sangat istiqomah seperti ayahnya.

Ma’mur atau anggota dari rombongan yang ke 3 ini adalah:

1. Syech Maulana Rohmatulloh yaitu Sunan Ampel, fiqihnya Hanafiyah.

2. Syech Maulana Maghdum Ibrohim atau Sunan Bonang fiqihnya As Syafi’iyah.

3. Syech Maulana Qosim Syarifuddin atau Sunan Drajat Al Hanafiyah.

4. Syech Maulana Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus Al Malikiyah.

5. Syech Maulana Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati Al Hanafiyah.

6. Syech Maulana Fatahillah Al Hanafiyah.

7. Syech Maulana Muhammad Sa’id atau Sunan Kali Jaga pengganti Syech Siti Jennar yang kena HUKUM KISHOS karena melanggar tertib Da’wah pada saat itu.

8. Syech Maulana Ainur Rohmat atau Sunan Sendang 9 km di sebelah barat dari Makam Sunan Drajat di desa Sendang satu kecamatan dengan Sunan Drajat.

Periode yang ke 4

Amir rombongannya adalah Syech Maulana Sulthan Fatahillah yang di kenal sebagai Raden Patah cucu dari Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit sendiri

Ma’murnya kebanyakan orang lama yaitu:

1. Sunan Giri.
2. Sunan Bonang.
3. Sunan Drajat.
4. Sunan Sendang.
5. Sunan Gunung Jati
6. Sunan Muriya yang ber-usia 19th.
7. Syech Maulana Taufiqur Rohman yang nama Tiong Hwoa-nya K. Cheng Hoo As Syafi’iyah.
8. Sunan Kudus.

Periode yang ke 5

Amir rombongan adalah Syech Maulana Umar Syahid atau Sunan Muriya As Syafi’iyah putra Sunan Kali Jaga yang pada saat itu ber-usia 25th.

Ma’mur rombongan ke 5 adalah :
1. Sunan Giri.
2. Sunan Bonang.
3. Sunan Sendang.
4. Sunan Tembayat.
5. Sunan Geseng.
5. Sunan Kudus.
7. Phai Lie Bang .
8. Syech Maulana Taufiqur Rohman nama Tiong Hwoa-nya K. Cheng Hoo.

Perlu diketahui dalam kitab Tarihul Aulya’ bahwa ke lima Rombongan ini mulai dari priode yang pertama sampai yang ke lima semuanya diberi BAYAN HIDAYAH di Masjid Nabawi Madinatul Munawwaroh al Arobiyyah Saudiyyah, sedangkan rombongan yang seterusnya sudah tidak di Bayan Hidayah di Masjid Nabawi lagi.

Di Kerajaan Demak sudah di dirikan Masjid yang menjadi Markaz beliau dan sudah sering di datangkan melalui Negeri Ghujarod (India sekarang). Karena tekanan dari misionaris dari Nederland, Portugis, dan Inggris yang menjajah Asia sehingga sangat banyak Ulama yang dibantai oleh mereka. Untuk menyiasati kejahatan orang-orang kristian pada saat itu, para Da’i kita untuk keluar di Jalan Allah yang sekarang di sebut Khuruj Fii Sabilillah tidak di batasi sebanyak 9 (sembilan) orang lagi dalam satu rombongan, namun program dan tertib Da’wah tetap di jalankan dengan Istiqomah. Seperti nishob, rute perjalanan, program Silaturrohim wilayah yang menjadi tujuan, Musyawarah, Ta’lim, tetap di jalankan seperti bisanya seolah olah tak pernah terjadi suatu apapun, dan tetap TAWAJJUH kepada ALLAH dan tidak terkesan dengan keadaan di luar lingkungan, tetap ta’at pada keputusan musyawaroh. Target utamanya adalah Da’wah, jadi siapapun manusianya diajak ta’at kepada Allah SWT dan ber-Amal Sholeh. Diajak untuk bersama-sama mengamalkan agama, menghidupkan amal-amal agama dan juga amal-amal masjid sebagaimana Masjid Madinah Al-Munawaroh. ternyata tertib dakwah mereka sama dengan tertib dakwah yang dilakukan oleh JT (Jamaah Tabligh), Pergerakan dakwah yg semakin berkembang saat ini.

Sumber kitab TARIKHUL AULIA’ karangan Syeikh Maulana Murodi bin Abdulloh bin Husain bin Ibrohim Al-Asy’ari

2. USAHA DAKWAH WALISONGO DALAM KITAB-KITAB

Ternyata tidak hanya Kitab Tarikhul Auliya Syaikh Maulana Murodi bin Husain bin Ibrohim al Asy’ari saja yang menceritakan tentang perjalanan usaha dakwah para walisongo di nusantara ini. Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Batutah telah menuliskan laporan perjalanannya keliling dunia dalam Kitab Kanzul Ulum.

Di Gresik (daerah Leran) ditemukan batu bertahun 1082 Masehi berhuruf Arab yang menceritakan bahwa telah meninggal seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimunyang beragama Islam. Lalu disekitar tahun 1350 saat memuncaknya kebesaran Majapahit, di pelabuhan Tuban dan Gresik banyak kedatangan para pedagang Islam dari India dan dari Kerajaan Samudra (Aceh Utara) yang juga awalnya merupakan bagian dari Majapahit, disamping para pedagang Majapahit yang berdagang ke Kerajaan Samudra. Juga menurut cerita, ada seorang putri Islam berjuluk Putri Cempa dan Putri Cina yang menjadi isteri salah satu raja Majapahit.

Sangat toleransinya Majapahit terhadap Islam terlihat dari banyaknya makam Islam di desa Tralaya, dalam kota kerajaan, dengan angka tertua di batu nisan adalah tahun 1369 (saat Hayam Wuruk memerintah). Yang menarik, walau kuburan Islam tetap bentuk batu nisannya seperti kurawal yang mengingatkan kalamakara, berangka tahun huruf Kawi, yang berarti bahwa di abad XIV Islam walau agama baru bagi Majapahit tetapi sebagai unsur kebudayaan telah diterima masyarakat. Diketahui pula bahwa para pendatang dari barat maupun orang-orang Tionghoa ternyata sebagian besar beragama Islam, yang terus berkembang dan mencapai puncaknya di abad XVI saat Kerajaan Demak.

Mereka yang dianggap sebagai penda’wah yang sangat giat menyebarkan agama Islam diberi julukan Wali-Ullah dan di Jawa dikenal sebagai Wali Sanga (9), yang merupakan dewan Dakwah/Mubaligh. Kelebihan mereka dibanding kepercayaan/agama penduduk lama adalah tentang kekuatan bathin yang lebih, ilmu yang tinggi dan tenaga ghaib. Sehingga mereka selalu dihubungkan dengan tasawwuf serta sangat kurang dalam pengajaran fiqh ataupun qalam. Mereka tidak hanya berkuasa dalam agama, tapi juga dalam hal pemerintahan dan politik.

Menurut Kitab Kanzul Ulum Ibnu Batutah, Wali Sanga berganti susunan orangnya sebanyak 5 (lima) kali yaitu :

Dewan I tahun 1404 M :

1. Syeh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, ahli mengatur negara, dakwah di Jawa Timur, wafat di Gresik tahun 1419.

2. Maulana Ishaq, asal Samarkand – Rusia, ahli pengobatan, dakwah di Jawa lalu pindah dan wafat di Pasai (Singapura).

3. Maulana Ahmad Jumadil Kubra, asal Mesir, dakwah keliling, makam di Troloyo – Triwulan Mojokerto.

4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, asal Maghrib – Maroko, dakwah keliling, makamnya di Jatinom Klaten tahun 1465.

5. Maulana Malik Isro’il, asal Turki, ahli mengatur negara, dimakamkan di Gunung Santri antara Serang Merak di tahun 1435.

6. Maulana Muhammad Ali Akbar, asal Persia / Iran, ahli pengobatan, dimakamkan di Gunung Santri tahun 1435.

7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina, dakwah keliling, dimakamkan tahun 1462 di samping masjid Banten Lama

8. Maulana Aliyuddin, asal Palestina, dakwah keliling, dimakamkan tahun 1462 di samping masjid Banten Lama

9. Syeh Subakir, asal Persia, ahli menumbali tanah angker yang dihuni jin jahat, beberapa waktu di Jawa lalu kembali dan wafat di Persia tahun 1462.

Dewan II tahun 1436 M :

1. Raden Rahmad Ali Rahmatullah berasal dari Cempa – Muangthai Selatan, datang tahun 1421 dan dikenal sebagai Sunan Ampel (Surabaya) menggantikan Malik Ibrahim yang wafat.

2. Sayyid Ja’far Shodiq, asal Palestina, datang tahun 1436 dan tinggal di Kudus sehingga dikenal sebagai Sunan Kudus, menggantikan malik Isro’il.

3. Syarif Hidayatullah, asal Palestina, datang tahun 1436 menggantikan Ali Akbar yang wafat.

Dewan III tahun 1463 M :

1. Raden Paku / Syeh Maulana A’inul Yaqin pengganti ayahnya yang pulang ke Pasai, kelahiran Blambangan, putra dari Syeh Maulana Ishak, berjuluk Sunan Giri dan makamnya di Gresik.

2. Raden Said atau Sunan Kalijaga, putra adipati Tuban bernama Wilatikta, yang menggantikan Syeh Subakir yang kembali ke Persia.

3. Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang kelahiran Ampel, putra Sunan Ampel yang menggantikan Hasanuddin yang wafat.

4. Raden Qosim atau Sunan Drajad kelahiran Ampel, putra Sunan Ampel yang menggantikan Aliyyuddin yang wafat.

Dewan IV tahun 1466 M :

1. Raden Patah putra raja Brawijaya Majapahit (tahun 1462 sebagai adipati Bintoro, tahun 1465 membangun masjid Demak dan menjadi raja tahun 1468) murid Sunan Ampel, menggantikan Ahmad Jumadil Kubro yang wafat.

2. Fathullah Khan, putra Sunan Gunung jati, menggantikan Al Maghrobi yang wafat.

Dewan V :

1. Raden Umar Said atau Sunan Muria, putra Sunan Kalijaga, yang menggantikan wali yang telah wafat.

2. Syeh Siti Jenar adalah wali serba kontroversial, dari mulai asal muasal yang muncul dengan berbagai versi, ajarannya yang dianggap menyimpang dari agama Islam tapi sampai saat ini masih dibahas di berbagai lapisan masyarakat, masih ada pengikutnya, sampai dengan kematiannya yang masih dipertanyakan caranya termasuk dimana ia wafat dan dimakamkan.

3. Sunan Tembayat atau adipati Pandanarang yang menggantikan Syeh Siti Jenar

3. SEMBOYAN WALISONGO

Para Walisoongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah :

1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpa pasukan tentara : Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan. Jangan yakin dengan banyaknya jumlah kita, yakin dengan pertolongan Allah swt.

2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap : Kita bergerak jumpa umat dari orang ke orang. jumpa ke rumah-rumah mereka. Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa asbab/ sebab yang nampak.

3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki : Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan. Niat untuk dakwah keseluruh alam, Allah swt yg berangkatkan kita bukan asbab-asbab dunia seperti harta dsb…

4. Senjoto Kalimosodo : Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. selalu mendakwahkan kalimat iman, mengajak umat pada iman dan amal salih….(Kalimosodo : Kalimat Shahadat)

5. Digdoyo Tanpo Aji : Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik, perasaan dan mentalnya namun mereka seakan-akan seperti orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata. Kita dakwah, Allah swt akan Bantu (jika kalian Bantu Agama Allah, maka pasti Allah akan tolong kalian dan Allah akan menangkan kalian)

6. Perang Tanpo tanding : Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat atau bertengkar. dakwah dengan hikmah, kata-kata yg sopan, ahlaq yg mulia dan doa menangis-menangis pada Allah agar umat yg kita jumpai dan umat seluruh alam dapat hidayah….bukan dengan kekerasan…. Nabi saw bersabda yg maknanya kurang lebih : ‘Haram memerangi suatu kaum sebelum kalian berdakwah (berdakwah dgn hikmah) kepada mereka”

7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan : Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.

8. Mulyo Tanpo Punggowo : Kemuliaan hanya dalam Iman dan Amalan agama bukan dengan banyaknya pengikut. Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi karena menjadi Da’i yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan hidup, maka Allah swt muliakan mereka.

9. Sugih Tanpo Bondo : Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia. Jangan yakin pada harta….kebahagiaan dalam agama, dakwah jangan bergantung dgn harta

10. Kuncara Tanpo Woro-woro : Menyebar, terkenal tanpa gembar-gembor, propaganda, iklan-iklan dsb

artinya bergerak terus jumpa umat, kerja untuk umat, kerja untuk Agama dengan ikhlas karena mengharap Ridho Allah swt, tidak perlu disiar-siarkan atau di umum-umumkan. Allah sajalah yang menilai perjuangan kita.

4. PESAN WALISONGO SUNAN KALIJOGO

1. Yen kali ilang kedunge : jika sungai sudah mulai kering… jika sumber air sudah mulai kering.. maksudnya jika para alim ulama sumber ilmu sudah mulai wafat satu persatu…maka ini alamat bahwa dunia mau di-Qiamatkan Allah SWT. Ulama ditamsilkan seperti air yang menghidupkan hati2 manusia yang gelap tanpa cahaya hidayah..

2. Yen pasar ilang kumandange : Jika pasar sudah mulai diam.. maksudnya jika perdagangan sudah tidak dengan tawar-menawar karena banyaknya mall dan pasar swalayan yang berdiri. kata orang2 tua kita dahulunya semua pasar memakai sistem tawar menawar sehingga suaranya begitu keras terdengar dari kejauhan seperti suara lebah yang mendengung.. ini kalo aku boleh beri istilah adalah adanya kehangatan dalam social relationship dalam masyarakat.. tapi sekarang sudah hilang…biarpun kita sering ke plasa atau ke supermarket ratusan kali kita tidak kenal para pelayan dan cashier di tempat itu..

3. Yen wong wadon ilang wirange : Jika wanita sudah tidak punya rasa malu Belum menutup auratnya, dsb

4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi : Bermujahadah, susah payah berkelana dalam perjalanan ruhani guna memperbaiki diri atau perjalanan fisabilillah menjelajahi desa-desa/ negara-negara, menghitung pintu (bersilaturahim) jangan pulang2 sebelum selesai program 4 (empat) bulan, cari petunjuk, hidayah dan kepahaman agama dari Dzat yang Maha Kuasa..

Semoga bermanfaat
Wallahu’alam

Prof. DR. KH Imam Buchori Musliem, LC telah memberikan artikel tentang usaha dakwah para walisongo di nusantara yang diambil dari sumber kitab TARIKHUL AULIA’ yaitu dari kakek buyutnya sendiri Syeikh Maulana Murodi bin Abdulloh bin Husain bin Ibrohim Al-Asy’ari, sekitar 421 tahun yang lalu.

Baca lebih lanjut

Categories: Kisah Dakwah | Tag: , , , | 3 Komentar