Monthly Archives: Januari 2014

Malfuudzaat 58


Beliau berkata, “Dalam kerja Tabligh ini sangat diutamakan untuk membangunkan para Saadat (Para Sayyid keturunan Nabi saw) dan diletakkan mereka dihadapan dalam kerja ini. Tersebut di dalam Hadits,

Taraktu fiikumuts tsaqalain kitaaballahi wa ‘itratii ahlu baitii

“Daku tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kitabullah dan ahli baitku.”

Inilahmaksud hadits tersebut. Dahulu orang-orang tua mereka telah banyak berkorban dalam kerja agama dan pada masa depan pun kita harap mereka yang akan kembali melanjutkan perjuangan ini.”

Jadikan Sayyad Di Depan Perjuangan

Jadikan Sayyad Di Depan Perjuangan

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Malfuudzaat 57


Suatu ketika beliau berkata, “Saya menghargai para pengikut Maulana Thanwi rah karena mereka adalah orang-orang Qaribul ‘Ahd, sebab itu kamu cepat memahami ucapan-ucapan saya. Kamu telah mendengar ucapan Maulana Thanwi dan baru saja kamu mendengarnya.”

Kemudian beliau berkata, “Karena kamu, kerja kami telah banyak diberkati. Saya sangat gembira.” Kemudian beliau banyak mendoakan mereka lalu berkata, “Kamu juga harus banyak menangis mensyukuri Allah atas segala nikmat ini.”

Allahumma maa ishbahat bii au amsat bii min ni’matin au bi ahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariika laka falakal hamdu wa lakasy syukru.

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , | Tinggalkan komentar

Malfuudzaat 56


Pada suatu ketika beliau berkata, “Maulana Thanwi rah telah melakukan kerja yang besar. Saya memang ingin taklim dibuat cara beliau dan tabligh dibuat cara saya, supaya taklim beliau tersebar.”

Kemudian beliau berkata, “Dalam bayan janganlah sampaikan kebaikan dan keuntungan duniawi yang akan diperoleh karena mentaati syariat dan hukum agama. Cukuplah dengan menjaga 3 perkara dalam menyampaikan bayan kepada masyarakat, yaitu :

  1. Setiap amal hendaklah dibuat dengan niat untuk mencari keridhaan Allah.
  2. Beramal dengan penuh yakin kepada AKHIRAT. Apabila suatu amal dibuat untuk keridhaan Allah dan yakin kepada akhirat maka pasti ia akan bermanfaat diakhirat kelak, dikaruniai pahala atau dipelihara dari adzab.
  3. Dalam amal apa pun jangan ada niat untuk dunia. Segala manfaat duniawi pasti akan diperolehi sebelum mati. Tetapi itu bukanlah maksud yang sebenarnya. Kita harus yakin bahwa kita akan mendapatkan tetapi jangan jadikan ia tujuan kita beramal.

Kemudian beliau berkata, “Ya, apabila perlu dibicarakan untuk mashlahat dunia, bolehlah dicakap dan bukan pula pada setiap tempat.”

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , , , | Tinggalkan komentar

Malfuudzaat 55


Pada suatu hari saya sibuk berbincang-bincang dengan para tamu yang hadir sehingga saya tidak dapat duduk lama bersama maulana. Maka beliau berkata, “Sabaiknya kamu selalu berada dengan saya.” Jawab saya, “Hari ini banyak tamu. Saya kumpulkan mereka dan berbincang mengenai tabligh supaya mereka tidak banyak duduk di majelis tuan dan tuan tidak perlu banyak bercakap kepada mereka.” Beliau berkata, “Duduklah di sini untuk mendengar ucapan saya dan sampaikan kepada orang lain supaya saya tidak perlu sampaikan kepada mereka. Saya akan berbicara dan kamu sampaikan kepada mereka. Dengan demikian duri derita yang ada dalam hati saya akan keluar. Beberapa orang telah berkata kepada saya, “Kami tidak akan biarkan tuan bercakap!” Akan tetapi selama duri yang ada di dalam hati saya belum keluar maka saya tidak akan diam walaupun saya mati.”

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Malfuudzaat 54


Suatu ketika beliau berkata, “Jamaah Delhi yang akan dihantar ke Saharanpur, Deoband dan lain-lain tempat hendaklah disertakan surat untuk para ulama di sana, dengan penuh hormat ditulis,

“Jamaah ini dihantar ke sini untuk bertabligh kepada orang awam. Waktu tuan-tuan adalah sangat berharga. Sekiranya ada kelapangan berilah bimbingan kepada jamaah-jamaah ini sambil kerja tuan-tuan dan para pelajar tidak terganggu. Para pelajar boleh sertai dengan pengawasan tuan-tuan. Tanpa pengawasan tuan-tuan mereka tidak patut ikut serta.”

Jamaah yang keluar dinasihatkan jangan sekali-kali ada kebencian di dalam hati mereka terhadap para ulama, jika mereka rasa kurang diberi perhatian. Mereka hendaklah paham bahwa ulama juga sibuk  dengan kerja mereka yang sangat penting. Pada malam hari pun mereka sibuk berkhidmat untuk agama sedang orang lain tidur nyenyak. Kurang perhatian mereka hendaklah dianggap kelemahan kita sendiri karena kurang silaturrahim. Mereka lebih memberi perhatian kepada orang-orang yang telah mendatangi mereka sejak bertahun-tahun.

Beliau berkata selanjutnya, “Buruk sangka kepada siapa pun tanpa suatu sebab, walaupun kepada orang biasa akan menjadi sebab kebinasaan apalagi membenci ulama.”

Tambah beliau, “Memuliakan orang Islam dan menghormati ulama adalah azas kerja tabligh. Setiap muslim hendaklah dimuliakan karena Islamnya dan setiap ulama herus lebih dimuliakan karena ilmu agama yang ada pada diri mereka.”

Beliau berkata lagi, “Usaha atas ilmu dan dzikir masih belum dikuasai oleh ahli jamaah. Saya sangat risau atas perkara ini. Caranya ialah dengan menghantar mereka kepada para ahli ilmu dan ahli dzikir supaya mereka dibimbing sambil menyampaikan pula tabligh serta mengambil manfaat dari ilmu dan pergaulan dengan mereka (ahli ilmu dan ahli dzikir).”

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Malfuudzaat 53


Beliau berkata, “Banyak kaum Muslimin yang lalai dalam berdoa. Yang berdoa juga tidak mengetahui hakikat doa mereka. Maka hendaklah diterangkan hakikat doa kepada kaum muslimin.

Hakikat Doa ialah menyatakan hajat kita kepada Allah Yang Maha Tinggi. Sebanyak mana kita merasa Allah Maha Tinggi maka sebanyak itu hati kita akan bertawajjuh kepadaNya. Lafadz doa hendaklah penuh kerendahan disertai tangisan dan yakin bahwa doa itu akan diterima, karena yang diminta adalah Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Rahim kepada hambaNya dan seluruh khazanah langit dan bumi di dalam QudratNya.

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , | Tinggalkan komentar

Malfuudzaat 52


Pada suatu ketika beliau berkata, “Seorang muslim hendaklah khidmat kepada ulama dengan 4 niat, yaitu:

  1. Karena sesama muslim. Seorang muslim menziarahi saudaranya yang muslim semata-mata karena Allah, maka 70.000 malaikat akan menghamparkan sayapnya untuk orang yang bersilaturrahmi itu.
  2. Mereka berhak dimuliakan dan layak dilayani karena di hati dan tubuh mereka terdapat ilmu Nubuwah.
  3. Mereka adalah orang yang menjaga dan mengurus agama Islam.
  4. Untuk memenuhi keperluan duniawi mereka. Sehingga waktu mereka tidak terbuang dengan mengurus keperluan duniawinya dan waktunya bisa lebih banyak digunakan untuk berkhidmat kepada ilmu dan agama. Dan hartawan juga akan mendapat pahala amalan ulama tersebut.

Orang yang akan berkhidmat kepada ulama harus meletakkan diri di bawah tarbiyah dan pengawasan ulama yang dipercayai, karena mereka tidak tahu mana yang harus dibantu.

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , | 1 Komentar

Malfuudzaat 51


Beliau berkata, “Derajat zakat adalah lebih rendah dari hadiah. Karena inilah zakat diharamkan bagi Rasulullah tetapi hadiah tidak baginya. Walaupun zakat hukumnya fardhu dan hadiah adalah mustahab namun dalam beberapa hal, pahala mustahab bisa melebihi pahala fardhu. Misalnya mendahului memberi salam adalah sunnah dan menjawab salam adalah fardhu, tetapi mendahului memberi salam adalah lebih utama dari menjawabnya. Begitu juga zakat, sungguhpun hukumnya fardhu tetapi hanya untuk membersihkan harta saja.

Walaupun mustahab tetapi dari segi faedah, hadiah lebih afdhal karena menyukakan hati Muslim lainnya. Yang demikian adalah lebih tinggi dari mensucikan harta. Memang zakat juga menunaikan hajat serta menyukakan hati muslim lain, namun itu bukanlah tujuan utamanya. Sedangkan memberi hadiah memang maksud utamanya adalah untuk menggembirkan hati Muslim lain.”

Beliau berkata lagi, “Pembayar zakat harus meneliti siapa orang yang akan diberi zakat. Seperti orang yang akan shalat, ia harus mencari air suci dan menyucikan untuk berwudhu. Penerima zakat yang sah adalah orang yang tidak tamak kepada harta zakat. Syariat memfardhukan zakat bukan supaya timbul sifat tamak pada diri orang miskin terhadap harta orang kaya hingga mereka menunggu-nunggu zakat orang kaya.

Maka sesiapa yang tawakkal dan sabar, maka hukumnya wajib bagi hartawan untuk membantunya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarag : 273, yang artinya:

“Infaqkanlah kepada orang-orang faqir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang yang tidak tahu, menyangka mereka adalah orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta.”

Maka yang layak menerima zakat ialah mereka yang gigih dalam kerja agama dan bersabar dan bertawakkal kepada Allah. Ia tidak meminta-minta dari sesiapapun dan tidak ada sifat tamak terhadap harta orang lain.

Sayang sekali pada zaman ini, pemilik harta merasa puas asal bisa membayar zakat. Pada hal mereka telah merusak zakatnya sendiri. Inilah penyebab hilangnya keberkahan harta walaupun zakat telah ditunaikan. Pada hal suatu janji yang pasti bahwa dengan zakat, harta akan menjadi berkah. Maka barangsiapa yang setelah menunaikan zakat tetapi tidak merasa berkahnya hendaklah memahami bahwa zakatnya tidak ditunaikan kepada yang berhak dan berarti ia belum meneliti siapa penerima zakatnya itu.”

Categories: Tertib Dakwah | Tag: , | Tinggalkan komentar